Prodi KPI Gelar Seminar Nasional “Dinamika Media Massa dan Demokrasi di Indonesia”
Prodi KPI Gelar Seminar Nasional “Dinamika Media Massa dan Demokrasi di Indonesia”
Seminar Nasional dengan tema Dinamika Media Massa dan Demokrasi di Indonesia secara virtual (1/9).

Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Jakarta bekerja sama dengan Asosiasi Perguruan Tinggi Ilmu Komunikasi (Aspikom) kembali mengadakan Seminar Nasional bertajuk Dinamika Media Massa dan Demokrasi di Indonesia secara virtual pada Rabu, (1/9).

Kegiatan ini dihadiri oleh Dekan Fidikom UIN Jakarta Suparto, Para Kepala Kasubag Fdikom, Ketua Umum Aspikom Muhammad Sulhan, Para ketua dan sekretaris program studi, para dosen, juga Ketua Program Studi KPI, Armawati Arbi. Dan lebih dari 100 peserta dari berbagai aliansi dan institusi se-Indonesia ikut menghadiri. Saat membuka acara, Suparto menyatakan bahwa tema seminar sungguh menarik. Civitas fdikom ikut belajar mengawal dan berkontribusi bagi Demokrasi dengan cara menyiapkan para mahasiswa yang handal dalam dunia jurnalistik.

Sekretaris Prodi KPI Edi Amin, bertindak sebagai moderator pada sesi Penyampaian materi bersama Guru Besar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia Ibnu Hamad, Pengamat Politik Ekonomi Indonesia Ichsanuddin Noorsy, Dewan Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi Titik Angraini, Guru besar Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta Masykuri Abdillah, dan Dekan Fidikom UIN Sunan Ampel Surabaya Abdul Halim, ikut memaparkan materi.

Adapun tujuan dari dilaksanakannya kegiatan ini adalah berangkat dari spirit kemerdekaan di penghujung Bulan Agustus terhadap problematika Demokrasi Pancasila  yang mengalami berbagai ujian dan terpaan. Bagaimana dinamika  peran  Media Massa dalam  menyokong  Pancasila, dan Demokrasi di Indonesia adalah pertanyaan yang akan dibhas dalam semina. Output lain dari seminar ini adalah peningkatkan kualitas penelitian komunikasi di level dosen dan mahasiswa Prodi KPI.

Ibnu Hamad menyampaikan materinya tentang Quo Vadis Peran Media Massa dalam Proses Demokrasi secara virtual (1/9).

Dalam paparan materinya Ibnu Hamad, membahas Quo Vadis Peran Media Massa dalam Proses Demokrasi yang merupakan Refleksi dari Masa Pemilu 1999. Ia mengatakan, media massa sempat disebut kekuatan keempat demokrasi, yakni eksekutif, yudikatif, legislatif, dan pers dan pernah mewarnai demokrasi sebelum adanya media sosial. Namun peran kekuatan tersebut bisa menjadi seperti macan ompong, manakala politisi ikut “membiayai” media massa guna kepentingan politiknya semata.

Narasumber selanjutnya, Ichsanuddin Noorsy, menyatakan pesimis dengan masa depan Demokrasi menginggat media massa banyak dikuasai pemilik modal dan politisi. Harapan Noorsy, media massa dapat mempertahankan kerja intelektualnya, hingga tidak diombang-ambingkan kepentingan politik sesaat. Fakultas Ilmu dakwah dan Komunikasi bisa menjadi garda depan dalam mencetak jurnalis handal dengan mengedepankan kerja intelektual dan spiritual sekaligus. Aspek sidik, amanah, tabligh, fatonah hendaklah dapat mengawal netralitas media massa.

Dalam bahasan tentang Pemilu Presiden 2004  oleh Dewan Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi Titik Angraini, ia menyampaikan bahwa Pemilu demokratis tanpa kebebasan media akan menjadi kontradiksi. Media massa idealnya tidak memihak hingga dapat dijadikan kekuatan, pengawal demokrasi. “Media sangat penting untuk pelaksanaan pemilu yang demokratis. Pemilihan umum yang bebas dan adil bukan hanya tentang memberikan suara dalam kondisi yang layak, tetapi juga memiliki informasi yang memadai tentang partai, kebijakan, kandidat, dan proses pemilihan itu sendiri sehingga pemilih dapat membuat pilihan yang tepat. Pemilu demokratis tanpa kebebasan media akan menjadi kontradiksi,” ujar Titik Angraini.

Abdul Halim menyampaikan materinya tentang Kepemimpinan Islam dan Demokrasi di Indonesia (1/9).

Di sisi lain, Abdul Halim menyampaikan materi yang bertema Kepemimpinan Islam dan Demokrasi di Indonesia. Media massa hendaklah berpihak pada spirit moralitas dakwah. Sebagaimana kepemimpinan yang digunakan Rasulullah ialah Nubuwah dan demokrasi saat ini dengan menggunakan sistem musyawarah.Ia juga menyampaikan Indikator Keberhasilan dan Kontribusi Partai Politik dalam Pembangunan adalah terwujudnya Tertib Sosial yang ditandai dengan Penegakan Hukum, Peningkatan Kesejahteran dan Penurunan Tingkat Kemiskinan.

Dipenghujung diskusi Titik Angraini berharap, elit politik bisa mengedepankan kepentingan bersama dalam pemerintahan ke depannya. Demokrasipun hendaklah dimaknai dengan luas, tidak sebatas pemilihan Presiden dan wakil Presiden. 

Moderator, Edi Amin menutup sesi diskusi dengan mengutip cendekiawan Turki, Bediuzzaman Said Nursi, yang berkata “aku berlindung kepada Allah dari Setan dan politik”. Pemaknaannya sebagaimana ungkapan Erdogan bahwa maksud Nursi adalah lompatan pemikiran, bahwa politik dan demokrasi hendaklah tidak dikotori dengan pemihakan pada kelompok dan golongan tertentu secara membabi buta dengan cenderung mengabaikan kebenaran.

Reporter Ariqah Alifia;  Editor Taufik Akbar Harefa dan Edi Amin