Prodi BPI Gelar Seminar Nasional Bertema “Urgensi Literasi Digital bagi Penyuluh Agama dalam Menguatkan Moderasi Beragama di Era Digital”
Prodi BPI Gelar Seminar Nasional Bertema “Urgensi Literasi Digital bagi Penyuluh Agama dalam Menguatkan Moderasi Beragama di Era Digital”

Rabu (13/10) Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengadakan acara Seminar Nasional melalui zoom cloud meeting dengan tema “Urgensi Literasi Digital Bagi Penyuluh Agama Dalam Menguatkan Moderasi Beragama di Era Digital”. Acara dimulai pukul 09.00 WIB oleh Master Of Ceremony yaitu Ishella Hany dan Muhammad Ikhlasul yang merupakan mahasiswa program studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Peserta dari kegiatan ini berasal dari unsur mahasiswa, akademisi dan praktisi di bidang BPI ini dan dihadiri oleh lebih dari 450 orang. Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-qur’an oleh saudara Shinta Nur Fitria bersama dengan sari tilawah Sastia Aulia.

Artiarini Puspita Arwan, M.Psi. selaku Sekretaris Program Studi BPI memberikan sambutan serta ucapan terimakasih kepada para narasumber yang berkenan hadir di acara Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Dalam sambutan tersebut beliau mengatakan ada dua kata kunci yang menjadi bahasan seminar nasional ini yaitu literasi digital dan moderasi beragama.

Kemudian acara dilanjutkan dengan sambutan oleh Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang pada kesempatan ini diwakili oleh Dr. Siti Napsiyah, MSW. Selaku wakil dekan Bidang Akademik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunkasi. Beliau menyampaikan tantangan terbesar dalam dunia digital adalah hoaks jika tidak terkontur oleh literasi digital akan semakin berbahaya. Sejalan dengan tema seminar nasional hari ini yang sebenarnya bukan hanya urgensitetapi bisa dikatakan emergensi mengingat begitu pentingnya topik yang
dibahas pada seminar nasional ini.

Beranjak pada acara selanjutnya, penyampaian materi oleh narasumber yakni Lukman Hakim Saifudidin (Menteri Agama RI Th 2014-2019), Dr. M. Taufik Hidayatullah, M.Si. (Penyuluh Agama, Dosen Praktisi Program Studi BPI dan Trainer Pelatihan Literasi Digital bagi Penyuluh Agama), Rizki Amelia S.Si, M.Si (Koordinator Literasi Digital Bagi Masyarakat, Direktorat Pemberdayaan Informatika Kementrian Komunikasi dan Informatika RI), dimoderatori oleh Tasman, M.Si. (Dosen Prodi BPI, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).

Pemaparan pertama disampaikan oleh Dr. M. Taufik Hidayatullah, M.Si. beliau menyinggung terkait Perubahan zaman yang semula Agrorian mengarah pada perkembangan yang disebut Industrial dan fase Information yang membawa masyarakat pada perubahan baik dari perubahan pekerjaan dan profesi tetapi juga mengarahkan pada perilaku konsumtif. Oleh karena itu perlu dilakukannya peningkatan kapasitas Penyuluh Agama dan kebijakan pemerintah terkait renungan kinerja operasional organisasi “Program Swasembada Besar”. Beliau juga menyinggung terkait fungsi dan tugas penyuluh agama. Apabila kita tidak siap dengan perubahan maka akan tertinggal. Transformasi penyuluh agama pada masa pandemi tidak hanya terkait perubahan peran tetapi juga tugas updating kebutuhan masyarakat sesuai konteks zaman dan kebutuhan media penyuluhan daring. Terdapat TRILOGI STRATEGI yang disampaikan beliau yaitu, peningkatan kapasitas, cyber extension (masih belum tapi akan berjalan), dan peningkatan kompetensi penyuluh.

Pemaparan selanjutnya disampaikan oleh Lukman Hakim Saifuddin, beliau menyampaikan terkait literasi digital bagi seorang penyuluh agama. Di awal paparannya, beliau mengajak peserta membedakan antara islam dan berislam dan antara agama dan beragama. Islam yang sudah sempurna tidak perlu dimoderasi. Namun cara kita memandang Islam perlu digugat, dikoreksi agar berada di koridor yang benar. Keragaman adalah sunnatullah merupakan wujud anugrah Allah agar manusia dapat melengkapi satu sama lain. Moderasi beragama diperlukan karena adanya perbedaan, dan penerjemahan agama merupakan never ending context. Di antara yang beragam itu ada yang ekstrem atau melebihi batas yang justru melahirkan perilaku atau ajaran yang bertolak belakang dari ajaran agama itu sendiri. Muncul fenomena agama dipahami sebagai untuk mengingkari kemanusiaan , padahal Islam hadir untuk memanusiakan manusia. Berislam itu inklusif bukan eksklusif sehingga menimbulkan segregasi/ pengkotak-kotakan sedangkan kita dituntut untuk bersinergi.

Pemaparan ketiga disampaikan oleh Rizki Amelia S.Si, M.Si. beliau menyampaiakan potret ruang digital di Indonesia dimana 200 juta lebih pengguna medsos dan sudah terselenggara webinar terkait digital di 514 kab maupun kota. Dengan meahami literasi digital masyarakat akan lebih aman dengan adanya kemampuan menganalisis dan keamanan data pribadi. Kolaborasi stakeholder dari hulu tengah dan hilir. Pemerintah melakukan kegiatan webinar literasi digital, pemerintah bekerjasama dengan platform untuk mentakedown konten yang tidak pantas tayang dan bekerja sama dengan kepolisisan untuk penindakan cyber crime.

Kemudian acara dilanjutkan dengan diskusi dan memberikan kesempatan kepada audiens untuk memberikan pertanyaan. Dan kemudian acara Seminar Nasional ditutup oleh kesimpulan dari moderator dengan pembacaan ayat An-Nahl yang artinya: “Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. Acara ditutup dengan pembacaan do’a yang dibacakan oleh saudara Muhammad Daffa. (Sir)

Video Rekaman Seminar Nasional Prodi BPI 2021 dapat diakses di:

https://www.youtube.com/watch?v=KauXpZ9B1hE