Nada Comfest: Optimasi Bahasa melalui Kompetisi
[caption id="attachment_7507" align="aligncenter" width="1078"]
Sambutan acara oleh Wakil Dekan Fdikom UIN Jakarta, Siti Napsiyah. (DNK TV/Haidar Akbar)[/caption]
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (Fdikom) UIN Jakarta menggelar webinar internasional berjudul “Islamic Moderation As Worldview” melalui Zoom Cloud Meeting pada Senin (9/5).
Acara ini turut dihadiri oleh Wakil Dekan Bidang Akademik Fdikom UIN Jakarta, Siti Napsiyah, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Cecep Castrawijaya, Director of Graduate Program Washington University, Aria Nakissa, dan Direktur Pusat Studi Perdamaian dan Pemberdayaan, Rosita Tandos yang dimoderatori oleh Dosen UIN Jakarta, Wahyunengsih.
“Thank you very much for the community for your effort to connect this event. So, of course I hope everybody can join this webinar. Maybe we can still invite our students. I think, i just observed the participants story. Because we have two speakers here and we will have so many knowledge information, stories of we’ll hear from the speakers“, ujar Siti Napsiyah dalam sambutannya.
Seminar internasional ini merujuk pada pembahasan mengenai pandangan dunia terhadap moderasi Islam. Seperti yang kita ketahui berbicara mengenai moderasi Islam adalah hal yang sangat kompleks. Dimana di dalamnya terjadi berbagai perdebatan sejarah yang cukup panjang selama kurang lebih dua abad. Moderasi Islam bukanlah sesuatu yang hanya dibicarakan di Indonesia, melainkan dibahas pula di Amerika Serikat, Prancis, Cina, dan negara lain.
Terdapat beberapa cara dalam memahami moderasi Islam. Misalnya dalam konteks Cina dimana beberapa budaya Cina mengalami asimilasi seperti, membangun sebuah masjid yang di atasnya memiliki semacam kubah atau menara yang terlihat seperti kuil. Adapun contoh pertentangan yang terjadi pada moderasi Islam. Seperti dalam konteks Prancis yang pada saat itu mengharuskan orang-orang untuk tidak mengenakan jilbab di sekolah atau area publik.
[caption id="attachment_7508" align="aligncenter" width="1082"]
Pemaparan materi oleh Aria Nakissa. (DNK TV/Haidar Akbar)[/caption]
Aria Nakissa menyampaikan bahwa jika kita merujuk pada ayat-ayat ummatan washatan atau melihat buku-buku tentang teologi, mereka tidak banyak membahas tentang moderasi Islam. Karena terjadi banyak perdebatan atau diskusi kontemporer tentang moderasi Islam yang muncul pada periode modern dan dalam konteks tertentu.
“What i’d like to do with today’s talk is clarify the complex context in which debates over Islamic moderation emerge. So one element one dimension that i want to focus on might be called the conceptual context. So in reality, when we talk about Islamic moderation and slink to kind of three important projects that characterize moslem countries in the modern period or moslem societies,” jelasnya.
“When i say moslem societies in the modern period, i basically mean moslem societies over the past 200 years. So one project is islamic reform,” lanjut Aria Nakissa.
Pandangan lain adalah ketika pemerintahan Eropa sedang memajukan proyek pembangunan, membuat perundang-undangan baru, mendukung hak asasi manusia, serta terdapat juga hal yang bertentangan dengan dunia muslim.
Reaksi dari berbagai kelompok muslim terhadap beberapa hal tersebut inilah yang mereka sebut sebagai fanatisme. Dimana umat muslim cenderung mempertahankan pemahaman tradisional tentang syariah dan juga cenderung menganut jihad sebagai jalan mempertahankan bentuk kehidupan mereka.
“Maybe you have doubts about let’s say LGBT rights that’s going to be debated issue in society. They will talk about legalizing all drugs, like for instance legalizing things like cocaine and heroin. So, there would be many groups in Indonesia that will say, okay i can see the we should change our laws to some, but were you too legalize drugs in the Indonesian context, that would go too far. So these are ongoing debates. So even the kind of law that exists in the west are changing and moslem in Indonesia, in Egypt and other places are always trying to grapple with the question of how much should they adapt and how much they resist for the sake of preserving their traditions,” ucapnya.
Pada akhirnya, pengertian moderasi ini tidak memiliki dasar yang pasti dalam Al-Qur’an dan hadits, tetapi cara moderasi Islam didefinisikan oleh berbagai pihak yang mempelajari bagaimana hal itu terkait dengan agenda pembangunan, sejarah, dan bagaimana asal muasal sesuatu. Kita harus menempatkan segala sesuatu dalam kerangka politik global yang lebih besar serta yang telah menjadi ciri masyarakat muslim selama dua abad terakhir.
Reporter Haidar Akbar; Editor Belva Carolina
Artikel ini sudah dipublikasikan di web https://dnktv.uinjkt.ac.id/

