Mengenal Lebih Dalam Peer Counselor, Membangun Kesehatan Mental dalam Lingkup Mahasiswa Prodi BPI
Mengenal Lebih Dalam Peer Counselor, Membangun Kesehatan Mental dalam Lingkup Mahasiswa Prodi BPI
Peer Counselor BPI UIN JakartaSenin (4/7) - Dosen Psikologi, Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI). Faatihatul Ghaybiyyah menjadi narasumber Webinar Peer Counselor dengan tema “Membangun Kesehatan Mental dalam Lingkup Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam.” Peer Counselor BPI UIN JakartaWebinar yang terbuka untuk seluruh mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam ini  dilaksanakan secara online melalui zoom meeting. Kegiatan ini dimulai pukul 09.00 WIB yang diawali dengan pembukaan oleh Dhea Melinda sebagai MC, dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al Qur’an oleh Imroatus Shalihah. Agenda selanjutnya yakni sambutan. Ohib Muhibburrahman sebagai Ketua Peer Counselor memberikan sambutan pertama. Sambutan kedua disampaikan oleh Noor Bekti Negoro, Ketua Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Peer Counselor BPI UIN Jakarta“Program webinar ini menjadi menarik karena membahas mengenai kesehatan mental yang merupakan kondisi batin manusia dalam keadaan normal, tentram dan damai sehingga dapat melakukan aktifitas sehari-hari dengan baik. Hal ini menjadi penting terutama dalam kondisi mahasiswa yang sering kali menghadapi perubahan emosi, kecemasan bahkan stress”  Jelas beliau. Bekti menambahkan bahwa keadaan kesehatan mental yang kurang baik dapat diatasi dengan mengubah pola hidup yang lebih baik seperti berolahraga, mengkonsumsi makanan yang sehat, melakukan kegiatan secara produktif dan berpikir positif. Adanya program ini diharapkan mahasiswa yang memiliki masalah dapat berkurang dan mampu teratasi sehingga dapat mencapai tujuan yang lebih bermakna dalam menjalankan hidup. “Kesehatan mental merupakan sesuatu yang urgent. Dimana saat kita dalam kondisi menghadapi suatu permasalahan yang tidak sesuai dengan ekspektasi. Hal tersebut, dapat memicu berbagai factor dalam diri, seperti rasa cemas, frustasi bahkan bernilai negative yang menyebabkan stress berlebih. Namun, dalam kondisi tertentu stress dapat bernilai dua hal, stress yang bernilai positif dan stress yang bernilai negative. Stress yang bernilai positif (eustress) tidak akan menganggu individu, sedangkan stress yang bernilai negatif (distress) dapat mengganggu individu sampai pada kesehatan mental yang tidak lagi stabil. Ketika permasalahan yang terjadi mengalami 2 hal yakni distress (menimbulkan perasaan tidak nyaman, seperti cemas dimana adanya tension yang bermanfaat ada juga tension yang mengganggu kita) ataupun disfungsi (ketidakmampuaan diri untuk menyesuaikan diri kita pada lingkungan dan mengambil peran atas apa yang selama ini kita jalani)”. Jelas Artiarini Puspita Arwan, Sekretaris Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam ketika menyampaikan opening speech. Peer Counselor BPI UIN JakartaArtiarini menuturkan bahwa dengan adanya Peer Counselor ini untuk meningkatkan awareness kita dan dapat menjadi teman cerita, teman berbagi untuk membantu mahasiswa terutama mahasiswa Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang memiliki masalah atau berpotensi masalah dapat bercerita dengan nyaman kepada konselor sebaya. Sehingga diharapkan dengan adanya webinar ini dapat menjadi awal yang baik untuk kegiatan di klinik BPI selanjutnya. Sebelum mengakhiri sambutannya, beliau memberikan sebuah quotes berikut: Being positive doesn’t mean ignoring the negative. “Jadi, ketika kita ingin menjadi orang yang positif itu bukan berarti kita mengabaikan hal negatif, bukan ketika kita ingin menjadi orang yang sukses itu kita gak akan pernah mengalami kegagalan. Jadi orang yang positif artinya orang yang mampu menghadapi hal-hal negatif, ukan mengabaikan hal-hal negatif. Tapi kita harus terus bangkit untuk menjadi pribadi yang terus tumbuh.” Setelah sambutan, masuk pada bagian yang ditunggu-tunggu yakni penyampaian materi yang dilanjut dengan sesi diskusi dipandu oleh Iqlima Nur Azizah, salah satu mahasiswa program studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam semester 8 sebagai moderator acara. Penyampaian materi pada webinar ini diisi oleh salah satu narasumber yang sangat luar biasa. Beliau merupakan founder dan penyunting akhir di Psymago dan Sukma.co. Saat ini beliau menjadi salah satu dosen psikologi di program studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Beliau adalah Faatihatul Ghaybiyyah, M.Psi. yang akan menyampaikan materi dengan tema Membangun Kesehatan Mental dalam Lingkup Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam. “Ketika kita merasa produktif dalam mengerjakan suatu hal di kehidupan, maka itulah yang dinamakan kesehatan mental”. Tutur Bu Iffa, sapaan akrab beliau. Peer Counselor BPI UIN JakartaFaatihatul menambahkan, bahwa kesehatan mental yang baik, mampu menciptakan pandangan yang positif, kesehatan mental mempengaruhi diri dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah dapat menjalankan peran pada diri kita sendiri. Membangun kesehatan mental yang baik menjadi sangat penting bagi individu terutama saat kita menghadapi sebuah masalah. Bukan berarti memendam masalah yang ada, tetapi alangkah baiknya untuk diungkapkan kepada teman terdekat atau dosen walau hanya sekedar sharing. Hal ini dikarenakan, semakin kita menyimpan masalah itu sendiri, lama kelamaan akan menjadi bom waktu yang sewaktu-waktu akan meledak. Tetapi usahakan untuk sharing, berbagi untuk masalah yang dipendam agar menjadi lebih ringan Peer Counselor BPI UIN JakartaIbu Ifffa menuturkan bahwa ketika kita menghadapi masalah alangkah baiknya untuk tidak memaksakan diri, melainkan kita bisa beristirahat sejenak dan tidak perlu dipaksakan. Berilah jeda, untuk merefresh diri, setidaknya satu hari untuk mengistirahatkan diri baik itu secara sosial, emosional dan fisik. Karena jika semakin kita memaksakan akan semakin tidak baik bagi kesehatan mental diri sendiri. Minimnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan mental juga dapat berpengaruh, sehingga membuat kita memberi diagnosa pada diri sendiri. Padahal kita tidak diperbolehkan melakukan self-diagnosis, hanya karena berdasarkan pada informasi yang didapatkan secara mandiri. Hanya psikolog dan psikiater yang boleh mendiagnosis, bukan diri sendiri. Dalam pemaparannya, beliau menyampaikan “Cara menjaga kesehatan mental dapat dilakukan dengan bersyukur dan menerima diri sendiri, menemukan cara terbaik mengelola stres untuk diri sendiri, menerapkan pola hidup sehat dan mengembangkan potensi yang dimiliki”. Beliau juga menyampaikan ketahanan psikologis setiap orang itu berbeda, jadi jangan mudah menghakimi orang lain. Peer Counselor BPI UIN JakartaDiskusi terus berlanjut dengan seru dan interaktif. Sebelum ditutup, narasumber memberikan closing statement yang tak kalah luar biasa dari materinya. Ibu Iffa berpesan: “Saat kita merasa lelah, berilah jeda tanpa harus dipaksakan. Tetapi jangan pernah berhenti, karena banyak mimpi yang harus kita sempurnakan”. Dipadukan dengan closing statement dari Moderator “Kita tidak boleh menghakimi diri sendiri maupun orang lain, karena itu adalah hal yang tidak baik. Maka, perjuangkan dan pertahankan selalu hal-hal baik dalam diri kita.” Penulis: Nadya Faradisa Arianti Editor: Faatihatul Ghaybiyyah, M.Psi.