
Kuliah Umum Sosiologi Perkotaan yang diselenggarakan pada hari kamis, 17 Maret 2022, mengjadirkan pengamat Tata Kota dari Universita Trisakti, Dr. Yayat Supriatna, MSP.
Hakikatya, membangun kota adalah membangun manusia. Termasuk kota baru. Desain suatu kota, menentukan bagaimana perilaku dan pola hidup masyarakat yang ada di dalamnya. Kota dibentuk oleh standar-standar baku yang membentuk perilaku masyarakat.
Di IKN, masyarakat yang hidup akan tinggal pada sebuah kawasan yang ramah lingkungan, di mana RTH (ruang terbuka hijau) ada di mana-mana, gedung-gedung yang tidak terlalu tinggi, sehingga pemandangan hijau bisa terlihat bahkan dari ruang kerja. Selain itu, hamparan yang ada juga akan menunjukkan kesan hijau dengan sistem relasional yang cerdas, sehingga menampilkan kota yang cerdas (smart city), bebas polusi, dan sebagainya.
Namun desain IKN bukan tidak ada potensi masalah. Misalnya kesiapan kota-kota penyangga yang akan menjadi suply kebutuhan para penghuni dari berbagai hal, seperti kebutuhan wisata, hiburan, rekreasi, dan sebagainya. Berbagai kebutuhan itu belum ada dalam master plan IKN itu sendiri.

Masalah lain juga patut diwaspadai, seperti munculnya klaster baru masyarakat miskin yang timbul secara alamiah. Atau konflik berbasis penguasaan lahan yang tadinya tidak ada. Maka dari itu diperlukan desain transisi di IKN agar proses pembangunannya bisa sesuai dengan apa yang direncanakan.

Sementara dalam pengantarnya, pengampu mata kuliah Sosiologi Perkotaan, Dr. Tantan Hermansah, M.Si., mengatakan bahwa IKN dengan segala kontraversinya patut diberikan apresiasi secara kritis. Di mana apa yang diagendakan pemerintah dan sudah didukung melalui UU No. 03 Tahun 2022 ini, ini perlu tetap dikritisi. Hal-hal yang bisa menimbulkan masalah, seperti meningkatnya kesenjangan antar kelompok masyarakat, harus segera diidentifikasi sedini mungkin agar tidak menjadi bom waktu di masa depan kelak. [ ] TH