
Jum'at (15/04) Mahasiswa Pratikum Profesi Mikro BPI Kelompok 8 mengadakan webinar radikalisme dengan mengusung tema “Peran Pemuda dan Mahasiswa dalam Menangkal paham Radikalisme di Kalangan Millenial". Kegiatan webinar radikalisme ini diadakan dengan tujuan memberikan pemahaman kepada para pemuda dan mahasiswa agar tidak terjerumus paham radikalisme.
Kegiatan ini dihadiri oleh Bapak Ir. Noor Bekti Negoro, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam serta Bapak Suparto, S.Ag., M.Ed., Ph.D., selaku Dekan fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang hadir secara daring dalam rangka memberikan sambutan saat webinar berlangsung. Dihadiri pula 3 Narasumber yang hebat dan luar biasa, kami mengundang tokoh akademisi yaitu Bapak Tasman, M. Si selaku dosen UIN Jakarta, tokoh Agama yaitu Bapak Agus Sholehudin selaku Ketua FKPAI Jakarta barat, S. Ag,. M.Pd dan tokoh Keamanan Negara oleh Bripka Perinson Lumban Gaol.

Bapak Ir. Noor Bekti Negoro, SE. M. Si., mengatakan bahwa tercetusnya paham radikalisme terdapat beberapa faktor. "Beberapa hal yang menjadi faktor tercetusnya paham radikalisme adalah faktor pemikiran, faktor ekonomi, faktor politik, faktor sosial, faktor psikologis dan faktor pendidikan. Seringkali yang menjadi timbulnya radikalisme ini adalah karena adanya kesenjangan, seperti kesenjangan ekonomi maupun kesenjangan keadilan. Seringkali hal ini menjadi pencetus terjadinya radikalisme yang kemudian nanti menjadi terorisme. Hal ini menjadi PR untuk pengambil kebijakan bagaimana agar tidak terjadi hal-hal yang seperti itu pembangunan yang lebih merata penghasilan yang lebih merata sehingga kesenjangan ekonomi menjadi hal kecil. Dan tentu saja keadilan-keadilan yang dirasakan masyarakat yang semakin senjang seperti isu yang sedang marak yaitu korban begal motor malah menjadi tersangka" tuturnya.

"Konsep radikal disematkan pada segala kegiatan-kegiatan yang berbau politis dan ingin menggulingkan pemerintah, karena memang sejarahnya seperti itu (protes warga negara). Radikalisme bertransformasi menjadi begitu sempit disandarkan pada gerakan-gerakan agama. Interpretasi-interpretasi agama yang bersifat ras, bersifat tidak menghargai keberagamaan" tutur Bapak Suparto, S.Ag., M.Ed., Ph.D., dalam sambutannya.
Kegiatan webinar radikalisme ini diawali oleh Sharfina Azatil Ismah Mahasiswi Prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam selaku
Master of Ceremony, kemudian dilanjut oleh Sastia Mahasiswi Prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam sebagai
tilawatil qur'an selanjutnya diskusi ini dipandu oleh moderator Bapak Dzulfitri Sulaiman, M.Pd., selaku Kepala Sekolah MAI dan pembacaan do’a oleh Andy Bangun Prakoso selaku mahasiswa Prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Pada akhir acara, masing-masing pemateri memberikan
closing statement terkait cara menangkal paham radikalisme. "Cara menangkal paham radikalisme: Berfikir terbuka dan toleran, waspada terhadap profotkatif dan hasutan, berjeraring dalam komunitas perdamaian, memperjuangkan kemakmuran rakyat dan keadilan, memberikan contoh akhlak muliah dimana saja berada, jiwa humanis dan kepedulian sosial, prilaku legius keagamaan yang baik" tutur Bapak Agus Sholehudin, S.Ag., M.Pd., dalam
closing statement nya.
Bapak Tasman, M.Si., juga mengatakan terdapat beberapa cara untuk menghindari paham radikalisme. "Bukalah dialog-dialog baik dialog pemikiran maupun dialog dalam bentuk sosial, terutama pemikiran agama sangat penting untuk dipelajari, perlunya saling interaksi antar kelompok agama. Keterbukaan diri dengan kelompok agama lain agar meningkatkan rasa toleransi, saling percaya dan saling terbuka satu sama lain. Agama itu yang perlu diubah itu adalah cara keberagaman kita, penafsiran kita atau cara pandang kita terhadap doktrin. Perbanyak ajaran-ajaran Al-Qur'an dan hadis yang mengungkap cara pandang yang terbuka dan sebagainya" tutur beliau.
"Mari kita cintai negara besar republik Indonesia yang sudah diperjuangkan oleh pahlawan kita dengan nyawa karena tanpa itu kita tidak bisa berkuliah, beribadah apabila kondisi negara kita dalam keadaan tidak aman. Mari kita tegakkan syariat kita syariat islam agar kami tidak mencampuradukkan antara agama dengan negara. Jangan menjadi penyebar hoax apalagi yang
radikalisme" Bripka Perinson Lambun Goal.

Kegiatan webinar yang dimoderatori oleh Bapak Dzulfitri Sulaiman, M.Pd., selaku Kepala Sekolah MAI ini sangat interaktif dan komunikatif. Peserta sangat antusias mengikuti kegiatan ini dan menyimak materi yang disampaikan oleh beberapa narasumber kami hingga akhir. Kegiatan ini diakhiri dengan pemberian cenderamata kepada tiga narasumber dan juga sesi foto Bersama dengan semua partisipan.
Besar harapan kami webinar ini dapat membuka fikiran dan wawasan pemuda dan mahasiswa mengenai paham Radikalisme sehingga tidak mudah terjerumus kedalam ideologi radikalisme yang sedang marak dipergerakan di kalangan milenial ini dan membentuk
mindset akan pentingnya peran pemuda dan mahasiswa dalam berkontribusi menangkal serta memberikan atensi paham radikalisme di kalangan milenial.