
Kira-kira demikian dikatakan oleh Dr. Tantan Hermansah dalam sesi presentasi pada acara PBAK (Pengenalan Budaya Akademik Kampus) tingkat jurusan pada Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam yang dilaksanakan pada hari Jumat (26/08) Tahun ini.
Tantan yang juga merupakan dosen dari jurusan PMI ini lebih lanjut menjelaskan bahwa Islam sangat kuat sekali dengan agenda-agenda
empowering society. Hal ini misalnya dikatakan dalam surat An-Nisa ayat 9 yang di dalamnya menegaskan kita sebagai kaum muslimin harus memiliki kekhawatiran jika sampai meninggalkan generasi yang lemah.
Generasi yang lemah adalah generasi yang nanti tidak bisa lagi menjadi pemegang estafeta kepemimpinan. Sebagaimana diketahui oleh banyak orang dan juga sejarah membuktikan perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat selalu memerlukan sosok yang memiliki kualitas pemimpin perubahan.
Pemimpin perubahan selalu merupakan kombinasi dari inisiatif para pemimpin perubahan serta program-program yang dibangun untuk mewujudkan agenda perubahan tersebut. Inisiator-inisiator tersebutlah yang kemudian menjadi penting dihasilkan oleh institusi pendidikan semacam perguruan tinggi di UIN Jakarta.
Kebetulan ada Prodi Pengembangan Masyarakat Islam yang di dalamnya tentu selain menjadi lembaga untuk mengasah para mahasiswa agar memiliki kecakapan teoretis dan teknis dalam mengatur mengelola sumber daya manusia dalam setiap unit sosiologis masyarakat. Mulai dari keluarga, komunitas, masyarakat, bahkan level dan sampai negara. Juga kemampuan teknis untuk mengelola setiap potensi dari sumber daya itu agar bisa dioptimalkan menjadi sumber daya perubahan.

Tantan juga menegaskan sebagai mahasiswa PMI maka inisiatif untuk menjadi pengubah kehidupan masyarakat yang lebih baik harus diasah sejak awal. Karena inisiator itu berbasis kesadaran; kesadaran berbasis ilmu pengetahuan; ilmu pengetahuan berbasis pada intensitas dan persistensi dari para pendidik serta mahasiswa yang didiknya. Jika pengajarnya bagus tetapi mahasiswanya malas, maka tentu saja kombinasi itu tidak akan menghasilkan inisiator yang mampu menggebrak perubahan di masyarakat. Atau sebaliknya dosennya malas tapi mahasiswanya rajin pun bisa saja mendorong terjadinya perubahan tetapi kecepatan melakukan perubahan yang tidak akan secepat dan sebagus kalau terjadi Kombinasi yang apik, atau sinergi antara akademisi dosen dan akademisi mahasiswa. Masyarakat adalah laboratorium hidup yang terus bisa di kali dikembangkan diberdayakan sampai ditemukan formula yang tepat, atau paling tidak mendekati tepat untuk melakukan perubahan. [TH]